Kampung Naga, Tasikmalaya

Kampung Naga, mungkin sebagian dari kita akan membayangkan kalau kampung ini memiliki cerita tentang naga, atau ada patung naga didalamnya, dan berbagai hal yang berhubungan dengan Naga. Bahkan seorang teman pernah bercerita bahwa dia pernah membaca sebuah karya tulis yang menulis kampung Naga dalam bahasa Inggris sebagai Dragon Village, pada kenyataannya kampung naga tidak ada hubungan sama sekali dengan mitos naga yang dikenal oleh masyarakat Cina dan Eropa atau negara manapun.

Kampung ini hanya bernama kampung Naga. Lalu apa yang menarik dari kampung ini? Dari banyak artikel di internet saya menangkap kisah yang cukup menarik, dan cerita dari teman yang pernah kesana juga tampaknya cukup menarik, namun ada juga yang bilang jangan membayangkan yang terlalu wah kalau ingin kesana. Satu hal yang jelas, kita tidak akan tahu kalau tidak kesana langsung. Akhirnya saya dengan beberapa teman pun pergi ke kampung Naga menggunakan mobil sewaan.
Setelah berjam-jam di jalan akhirnya kami sampai di halaman parkir mobil yang memang khusus disiapkan untuk orang yang mengunjungi Kampung Naga. Keluar dari mobil kami langsung disambut seorang "guide" yang sudah menunggu, guide tersebut adalah warga kampung naga yang memang ditugaskan oleh perangkat desa kampung Naga.

Untuk sampai di kampung Naga, kita harus menuruni 439 anak (menurut hitungan saya). Setelah menuruni sekitar sepertiga anak tangga kita sudah bisa melihat kampung Naga dengan atap-atap rumahnya yang hitam. Mungkin atap ini adalah salah satu ikon yang cukup dikenal masyarakat,karena kita tidak akan menemukan atap seng atau genteng di kampung ini.

Memasuki area kampung naga, kita langsung disambut persawahan yang tidak terlalu luas di sebelah kiri, di sebelah kanan terdapat sungai dan diseberang sungai tersebut terdapat hutan larangan yang oleh masyarakat kampung Naga sangat dijaga dan tidak boleh diganggu. Mulai memasuki perumahan kita akan merasakan suasana yang benar-benar desa. Benar-benar terasa desa karena memang kampung Naga hampir sama sekali tidak tersentuh teknologi, karena mereka sendiri memang menolaknya. Penolakan mereka terhadap teknologi inilah yang  menjadi daya tarik bagi banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara.


Sebagian besar masyarakat Kampung Naga berprofesi sebagai petani, sawah mereka dapat kita lihat di jalan sebelum masuk perumahan seperti disebut diatas, sebagian lagi ada di bagian belakang kampung mengarah ke hulu sungai Ciwulan.  Selain petani mereka menjual berbagai  souvenir kepada wisatawan yang datang. Souvenir-souvenir tersebut dapat kita beli didalam kawasan kampung Naga maupun di outlet yang  terdapat di dekat lapangan parkir sebelum masuk kedalam kampung.

Seluruh penghuni Kampung Naga mengaku sebagai pemeluk agama Islam, namun Islam dikampung Naga telah mengalami percampuran dengan kepercayaan para pendahulu mereka sebelum kedatangan Islam.  Hasilnya adalah sistem kepercayaan yang kurang jelas karena mereka sendiri tidak melaksanakan rukun-rukun sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad.

Lanskap Kampung Naga terdiri dari tiga bagian, yaitu Leuweung Keramat yang terdapat di disebelah barat (naik ke bukit), leuweung larangan dan perkampungan yang terletak antara leuweung keramat dan leuweung larangan. Antara leuweung larangan dan perkampungan dipusahkan oleh sungai Ciwulan yang airnya tidak terlalu jernih. Pada leuweung keramat terdapat makam para pendahulu kampung yang sangat dihormati, arena ini terlarang bagi pengunjung, bahkan pengunjung yang membawa kamera dilarang mengambil gambar area ini walaupun tanpa masuk kedalamnya. Pembagian kawasan ini menunjukkan cara hidup yang selaras dengan alam, karena dengan cara ini mereka berbagai aktifitas mereka hanya sedikit memberikan pengaruh terhadap sistem ekologis lingkungan di kampung Naga.

Masyarakat kampung Naga tergolong orang-orang yang tidak terlalu ramah dengan orang luar karena mereka memiliki banyak aturan yang takut mereka langgar karena terlalu banyak bicara, apalagi dengan orang luar. Hal ini adalah salah satu kesulitan bagi mereka yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai seluk beluk kampung ini, kecuali kalau kita bersedia untuk berinteraksi dengan mereka lebih lama.

Salah satu keunggulan dari kampung Naga sebagai objek tujuan wisata adalah lokasinya yang tidak terlalu jauh dari jalan raya sehingga bisa diakses dengan mudah oleh pengunjung. Bagi yang ingin mengunjungi Kampung Naga, dapat memasukkan  kampung ini sebagai salah satu tujuan wisata jika anda akan ke Garut  atau ke Tasikmalaya, karena selain kampung Naga masih ada objek lain  yang dapat anda kunjungi di kedua Kabupaten ini.

Post a Comment for "Kampung Naga, Tasikmalaya"