Image: Joe Thomissen/CC BY-ND 2.0 |
Pembahasan tentang bola petir kembali mengemuka setelah selama berabad-abad. Fenomena ini sulit untuk dipelajari karena bola petir ini tidak bisa ditebak dan kemunculan mereka hanya berlangsung selama hitungan detik. Pengamatan tidak dapat dilakukan secara rinci, penjelasan hanya berkisar dari meteorit bermuatan listrik atau halusinasi yang disebabkan oleh magnet selama badai.
Hingga beberapa tahuan belakangan, fenomena bola petir masih dianggap tidak nyata dan masih diperdebatkan, bahkan sebuah penelitian di Selandia Baru mengajukan argumen yang cukup meyakinkan. Kesimpulan penelitian tersebut menyatakan bahwa fenomena ini sebenarnya adalah dorongan dari halusinasi yang terjadi di otak manusia akibat medan magnet yang muncul pada saat terjadi badai.
Jadi, bisa dikatakan penampakan bola petir ini seringkali terjadi pada saat badai, dimana terdapat medan magnet yang cukup kuat di awan. Cukup mudah kita pahami, karena saat badai, petir memang seringkali mucul.
Namun sebuah kejadian yang tidak disangka dan tidak direncanakan sama sekali mengubah persepsi ilmuan tentang fenomena bola petir. Pada tahun 2012, Jianyong Cen dan rekan-rekannya di Northwestern Normal University di Lanzhou , Cina , yang mengamati badai di Qinghai, Cina dengan kamera video dan spektrograf. Tanpa direncanakan, mereka merekam kemunculan bola petir. Setelah sebuah petir menghantam tanah, bola bersinar dengan lebar sekitar 5 meter naik dan berpindah sekitar 15 meter, kemudian menghilang setelah 1,6 detik (Lihat videonya disini: Video Bola Petir). Analisis spektrograf mengungkapkan bahwa unsur-unsur utama dalam bola sama dengan yang ditemukan di dalam tanah : silikon , besi dan kalsium .
Beberapa kejadian yang tercatat memang menyatakan fenomena bola petir terdajadi saat badai, namun saya pernah membaca sebuah artikel yang ditulis berdasarkan laporan penelitian NASA yang menyatakan bahwa penampakan bola petir tersebut biasanya akan di ikuti dengan bencana alam seperti gempa bumi. Dan sepertinya saya menemukan kejadian yang dapat menjadi bukti hasil penelitian NASA tersebut.
Kejadian tersebut adalah terlihatnya bola petir di sekitar Yogyakarta oleh seorang teman saya pada tanggal 20 Januari 2014. Setelah melihat bola peri tersebut dia memposting sebuah kiriman di Fb.
Berikut adalah kirimannya di Fb:
"Gila petir barusan
Seperti Bolt..........., berbentuk bulat putih kemudian pecah
Padahal lagi pake headset sambil nonton naruto, tapi suaranya masih memekakkan telinga, sangat mengagetkan.
Mungkin teman2 di Jogja, di sekitar kentungan ada yang menyaksikannya.
Yogyakarta, 20 Januari 2014. Pukul 14:56 WIB.
Saat membaca kiriman diatas saya langsun berpikir, "tidak ada gempa!", jadi hasil penelitian NASA tersebut tidak terlalu tepat. Gempa dan bola petir tidak ada hubungannya.
Namun, pagi ini saya baru teringat dan sadar, beberapa hari yang lalu (25/1) gempa telah melanda daerah tengah pulau Jawa, tepatnya di Kebumen dan terasa hingga ke Yogyakarta. Lima hari setelah kemunculan bola petir. Saya menghubungkan status teman saya tersebut dengan kejadian gempa di Kebumen dan Yogyakarta. Ternyata NASA tidak terlalu salah.
artikelnya sangat menarik bang, sampe 3x ngebaca baru bener2 paham :D
ReplyDeletesalam.
andre.web.id
hehehe, ini sih ngolok ni, sampai harus baca tiga kali baru paham, berarti jelek sekali tata bahasanya. setelah saya baca lagi, memang agak kacau kalimat-kalimatnya
ReplyDelete