Nepenthes, kurang perhatian

Tumbuhan ini memiliki banyak nama, ada yang menyebutnya kantong semar, periuk kera, periuk monyet, entuyut, dan lain sebagainya.Nepenthes adalah salah satu jenis tumbuhan karnivora, dan Indonesia adalah salah satu negara dengan keragaman Nepenthes tertinggi di dunia.

Ironisnya, Indonesia sebagai salah satu negara Megabiodiversitas memiliki derajat kepedulian yang sangat rendah terhadap kekayaannya sendiri. Salah satu korban ketidakpedulian tersebut tentu saja adalah Nepenthes. Di Kalimantan Barat, tempat asal saya, tanaman  ini benar-benar menghadapi degradasi yang cukup signifikan menurut saya. Seperti ancaman yang dihadapi banyak spesies lainnya, Nepenthes juga berhadapan dengan perluasan pemukiman, perkebunan, pembukaan lahan pertanian, dan lain sebagainya.

Pernah suatu kali sekitar tahun 2007 saya menemani kegiatan survey seorang teman yang akan melakukan tentang Nepenthes. Lokasi tujuan kami adalah suatu kawasan hutan kerangas yang terletak di Kabupaten Pontianak (sekarang kabupaten Mempawah). Pada saat itu saya menemukan setidaknya lima spesies Nepenthes, yaitu Nepenthes ampularia, N. rafflesiana, N. bicalcarata, N. gracilis, dan N. mirabilis. Pada saat kunjungan tersebut, dari tepi jalan kami masuk kedalam hutan melalui jalan yang ternyata adalah jalan setapak yang digunakan oleh perambah hutan di kawasan tersebut. "Sayang sekali", saya membatin.

Beberapa bulan kemudian saya baru sadar ternyata ada ancaman yang lebih parah dari perambah hutan tersebut. Saat datang kedua kali, kawasan seberang jalan dari hutan yang saya masuki sebelumnya telah hilang. Sebagian masih berasap bekas pembakaran, sebagian yang lain telah menjadi perkebunan kelapa sawit. Adalah hak pemilik lahan untuk menggunakan lahannya untuk apa saja, termasuk sawit. Namun, saya hanya menyayangkan saja. Tidak ada yang bisa saya lakukan.

Tentu saja masih banyak tempat lainnya yang sama dengan kawasan yang saya ceritakan tadi, bahakan kehilangan yang diakibatkan jauh lebih parah. Seorang teman bercerita tentang suatu kawasan yang menjadi habitat anggrek ekor tikus yang langka. Saat itu kawasan itu sedang dirambah, mungkin sekarang kita sudah kehilangan habitat salah satu spesies langka asli Kalimantan Barat. Walaupun sudah ada upaya konservasi eksitu terhadap anggrek tersebut, namun kehilangan habitat tentu sangat disayangkan.

Kesimpulannya, saya hanya ingin berbagi bahwa kekayaan hayati itu penting. Bahkan banyak diantaranya yang bernilai ekonomi tinggi, pemanfaatan sumber daya alam itu tidak harus dengan menguras habis. Pemanfaatan yang berkelanjutan adalah satu-satunya pilihan kita agar tidak punah seperti kumpulan bakteri di sepotong daging. Nepenthes, anggrek, dan kehati lainnya sangat bernilai. Pengembangan pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu dapat mendukung bagi pemanfaatannya secara lebih lestari dan tentunya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Akhirnya, semua kembali kepada kita. Apa yang dapat kita lakukan untuk mengembalikan bumi menjadi tempat tinggal yang nyaman.

Post a Comment for "Nepenthes, kurang perhatian"