Jalan-jalan ke Kota Tua Jakarta

Kawasan Kota Tua di bagian utara Jakarta adalah kawasan lama yang menjadi awal perkembangan kota Jakarta. Pada awal berdirinya, wilayah Jakarta dikenal sebagai Pelabuhan Sunda Kelapa. Nama awal ini tetap bertahan hingga sekarang untuk pelabuhan yang berada di bagian utara Kota Tua Jakarta.

Saat ini kawasan Kota Tua Jakarta telah menjadi salah satu objek wisata favorit di Jakarta, pada kawasan ini kita bisa melihat bangunan tua peninggalan masa Kolonial Belanda yang masih berdiri walaupun sebagian besar dalam kondisi yang kurang terawat. Kita juga dapat mengunjungi beberapa museum yang terdapat di kompleks Fatahillah Square dan museum Bahari yang berada tidak jauh dari pelabuhan Sunda Kelapa.

Beberapa bulan yang lalu saya sempat mengunjungi kawasan kota tua Jakarta, jalan-jalan sekalian belajar. Dalam satu kali jalan tersebut, cukup banyak tempat yang sempat saya dan istri kunjungi. Berikut ini adalah cerita perjalanan kami.

Museum Mandiri - Kota Tua Jakarta
Pukul delapan kami berangkat dari Ciampea menggunakan motor, sejam kemudian baru sampai di Stasiun Kereta Bogor, langsung membeli kartu tiket kereta dengan tujuan Stasiun Jakarta Kota. Perjalanan dari stasiun Bogor menuju stasiun Jakarta Kota yang terdapat dalam kawasan kota tua Jakarta memakan waktu sekira 1,5-2 jam.

Sampai di Stasiun Jakarta Kota, kami langsung keluar dan menuju meeting point dengan teman-teman lain yang ternyata belum datang juga. Setelah mereka tiba, kami breefing di depan museum bank Mandiri yang berada di seberang stasiun. Sementara yang lain breefing, saya sempatkan mengambil beberapa foto bagian depan bangunan museum tersebut. Didepan museum ini duduk seorang wanita bermasker diatas kursi plastik, ditangannya tergenggam lembaran uang yang cukup tebal, sepertinya dia melayani jasa penukaran uang receh.

Setelah breefing beberapa menit, kami mulai menyusuri bagian-bagian dari kota tua mulai dari depan Gedung Bank Indonesia, terus ke arah jalan kali besar timur. Aroma air yang busuk dari dalam sungai naik ke atas permukaan. Jalan ini cukup panjang dan pada hari itu cukup lengang. Di jalan Kali Besar ini terdapat beberapa bangunan tua peninggalan masa kolonial Belanda. Beberapa bangunan yang terdapat di jalan ini antara lain Puri Belanda, Toko Merah, dan Diskotik

Red Shop - Jakarta Old Town
Toko Merah - Kota Tua Jakarta
Di ujung jalan Kali Besar ini terdapat Jembatan Kota Intan yang hampir keseluruhan bagiannya terbuat dari kayu. Jembatan berwarna merah kecoklatan ini termasuk peninggalan kolonial Belanda yang pada saat ini telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya oleh pemerintah DKI Jakarta.

Kota Inta Bridge - Jakarta Old Town
Jembatan Kota Intan - Kota Tua Jakarta
Meninggalkan Jembatan Kota Intan, kami terus berjalan ke arah barat menyusuri Kali Besar hingga sampai di kompleks bangunan bekas Galangan VOC yang pada saat ini digunakan sebagai kafe dan restoran. Kafe Galangan VOC ini adalah kompleks bangunan yang terdiri dari bangunan memanjang di bagian depannya, lapangan hijau memanjang sejajar dengan bangunan utamanya, dan bangunan pendopo berarsitektur jawa pada ujung utara dari lapangan hijau. Kami sempat menikmati segelas Lemon Tea di kafe ini dengan harga $ 1.

Galangan VOC Cafe - Jakarta Old Town
Kafe Galangan VOC - Kota Tua Jakarta
Setelah beristirahat sejenak di kafe galangan VOC, kami melanjutkan perjalanan ke utara, menuju Museum Bahari. Setelah membeli karcis masuk, bangunan pertama yang kami kunjungi adalah menara syahbandar.  Menara ini cukup tinggi sehingga kita bisa melihat sekeliling kawasan Sunda Kelapa, beberapa tempat yang terlihat misalnya bangunan utama museum bahari yang memanjang di sebelah utara, menara masjid Luar Batang yang lebih keutara lagi, pelabuhan sunda kelapa di mana kapal-kapal layar berjejer, dan kafe galangan VOC di sebelah selatan.

Museum Bahari Kota Tua Jakarta

Meninggalkan menara syahbandar, kami langsung menuju bangunan utama museum Bahari. Museum terdiri dari beberapa bangunan memanjang dari utara ke selatan. Museum Bahari menyimpan banyak koleksi miniatur atau model beberapa jenis perahu layar tradisional Indonesia dan perahu layar dari negara lain seperti Spanyol, Belanda dan Inggris. Selain miniatur, museum bahari juga menyimpan beberapa koleksi perahu asli Indonesia. Kita juga bisa melihat diorama para pelaut dari Eropa pada masa lalu yang pernah singgah di Indonesia.

Perjalanan selanjutnya adalah menuju Masjid Luar Batang yang terdapat dalam perkampungan nelayan sebelah utara dari Museum Bahari. Untuk mencapai masjid luar batang, kita harus melewati perumahan penduduk dan menyebrangi sungai kecil menggunakan jembatan kayu. Untuk menyebrangi jembatan kayu tersebut kita harus membayar ongkos penyebrangan sebagai biaya perawatannya.

Sampai di Masjid Luar Batang, sinar matahari cukup terik, namun dinginnya air wudhu langsung mendinginkan kulit dan hati. Kami melaksanakan shalat Dzhuhur yang dijamak dengan Ashar. Didalam masjid tampak sekitar belasan orang sedang mengaji mengelilingi makam seorang alim, mungkin para peziarah tersebut percaya bahwa orang yang dalam kubur tersebut dapat mendatangkan kebaikan untuk mereka.

Selesai shalat dan istirahat sebentar, kami lanjutkan perjalan. Kali ini arah jalan kami kembali ke arah museum Bahari, dan berbelok ke timur, tujuan kami selanjutnya adalah Pelabuhan Sunda Kelapa. Debu beterbangan di jalan yang padat oleh truk-truk besar yang hilir mudik keluar masuk salah satu pelabuhan tertua di Indonesia tersebut. Setelah membeli karcis masuk  pelabuhan sebesar Rp. 3000, kami masuk ke dalam kawasan pelabuhan Sunda Kelapa yang terasa cukup panas. Kami hanya sempat mengambil beberapa foto di dalam kawasan pelabuhan ini, selanjutnya langsung keluar lagi.

Sunda Kelapa Harbour - Jakarta Old Town
Pelabuhan Sunda Kelapa (Foto oleh Delyanet Karmoni)
Di jalan besar, sebuah metromini di stop untuk membawa kami menuju Fatahillah Square. Tempat ini sebenarnya dekat sekali dengan titik awal keberangkatan kami, namun sepertinya rute yang menjadikan Kompleks Museum sejarah Jakarta ini memang sangat sesuai untuk dikunjungi pada sore hari. Sampai di Fatahillah Square, kami membeli tiket masuk ke dalam Museum Fatahillah.

Fatahillah Square
Museum Fatahillah menyimpan banyak benda-benda bersejarah dari Jakarta dan sekitarnya baik dalam bentuk artefak asli maupun tiruan atau model. Bangunan Museum Fatahillah sebenarnya adalah Kantor Gubernur Belanda untuk wilayah Batavia atau Jakarta. Halaman dari kantor inilah yang disebut sebagai Fatahillah Square. Masuk kedalam museum ini kita harus melepas alas kaki kita dan menggantinya dengan alas kaki yang telah disediakan oleh pengelola museum. Ada banyak benda yang bisa kita lihat dalam museum ini. Beberapa diantaranya misalnya batu prasasti, mimbar khutbah tua, furniture dari zaman penjajahan belanda, dan lain sebagainya.

Kunjungan kami ke kawasan kota tua selesai di Fatahillah Square yang dipadati pengunjungnya, selanjutnya kami kembali ke tempat kami masing-masing. Saya sendiri dan istri kembali menggunakan KRL Communter Line menuju Bogor.

6 comments for "Jalan-jalan ke Kota Tua Jakarta"

  1. aha,,,dulu, zaman masih kuliah di JKT, rajinnnn pake banget saya ke Kota Tua, secara deket ama rumah. sejak kuliah di Malang, saya jarang banget, disitu kadang saya merasa sedih hahha.

    salam kenal, ini kunjungan perdana

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau saya dulu hanya bisa membayangkan mengunjungi kota tua mas, berhubungan kota tempat tinggal saya jauh di seberang lautan... tapi sekarang Kota Tua Jakarta sudekat... bisa naik angkot dan kereta... :)
      terimakasih sudah singgah mas, salam kenal juga... :D

      Delete
  2. kota tua yang penuh daya pikat dengan sejarahnya sendiri.
    selain itu sebenarnya kota tua juga banyak spot menarik untuk hunting foto dan tempat untuk nyantai. terima kasih atas infonya. kapan di ajak sama admin ke kota tua nih?

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar mbah, banyak spot2 menarik untuk hunting foto, kalau datang ke jakarta dan ada rezeki boleh kita jalan2 di kota tua mbah... :D

      Delete