...(sebelumnya).
Satu-persatu kami menyebrangi sungai, sementara sebagian
menyebrang, sebagian yang lain menyirami badan yang sedang menyebrang.
Perjuangan untuk menyebrangi sungai ini menjadi perjuangan melatih kesabaran
karena terus disiram. Sehingga, walaupun tidak jatuh, yang menyebrang tetap
basah pakaiannya.
Diujung tali seberang sungai seekor kerbau berendam dalam
air sungai Cianangneng yang tidak terlalu deras.
Beberapa orang pegewai guest
house berdiri disamping si kerbau yang sedang hamil. Inilah bagian yang paling
kami nanti-nantikan, ritual memandikan kerbau (bukan ritual religi). Semua
peserta vacation ini pun langsung mengerubuti kerbau tersebut, tanpa sadar
bahwa si kerbau sedang hamil. Mudah-mudahan kerbaunya tidak
keguguran.Sebenarnya kerbau sudah jarang digunakan untuk mengolah sawah,
memandikan kerbau ini hanya bagian dari atraksi dari kampung wisata Cinangneng.
Dalam keadaan basah-basah, perserta kembali ke guest house
untuk membersihkan badan. Didekat bangunan guest house disediakan tempat
membersihkan diri dengan air mancur yang keluar dari pipa yang dibuat seperti
bambu. Setelah membersihkan diri di bawah air mancur, kita dapat berenang di
kolam renang yang letaknya tidak jauh dari air mancur tadi. Kolam renang ini
sudah termasuk bagian dari fasilitas yang disediakan pengelola.
Puas berenang di kolam renang yang seolah-olah private itu,
kami kembali ke teras guest house. Di depan ruang dapur telah disediakan
paket-paket makan siang di atas sebuah meja panjang. Aroma ayam goreng begitu
menggugah selera, tanpa banyak bicara masing-masing langsung mengambil jatah
nasinya. Ikan asin bulu ayam, sambal yang sangat nendang (sedap), ayam goreng,
lalapan daun kemangi dan poh-pohan, dalam sebuah wadah yang terbut dari rotan,
sangat tradisional. Saya sendiri sudah sangat jarang sekali makan seperti ini,
terasa sangat nikmat. Apalagi dari pagi sudah cukup jauh berjalan di desa.
Perut sudah diisi dengan makanan tradisional yang 90% alami
(membayangkan!). Tubuh terasa berat, tapi perjalanan masih panjang, masih ada
beberapa kegiatan yang harus dijalani. Waktu istirahat siang kami manfaatkan
untuk berfoto di halaman guest house, walaupun cuaca panas, tidak mengurangi
semangat kami untuk mengeluarkan salah satu sisi kepribadian kami sebagai
manusia (narsisisme).
Dalam waktu singkat (selama kami berfoto-foto), meja yang
tadinya dipenuhi piring-piring makan siang kami telah berganti menjadi
perlengkapan membuat kue. Kue? Benar, kami akan membuat kue, anehnya kue yang
akan kami buat adalah kue BUgis, padahal kami sedang di kampungnya masyarakat
Sunda. Mungkin sama saja dengan kalau anda ke Medan (Sumatra Utara), kotanya
Medan tapi kuenya Bika Ambon). Perlangkapan dan bahannya sederhana, dan tugas
kami pun sederhana, tinggal mencampurkan bahan yang telah disediakan dan mencetak
kuenya dengan sebuah mangkok kecil yang juga telah disediakan oleh pengelola
juga (kalau mau tau resepnya gugling aja ya). Setelah kue mendapatkan
bentuknya, kue tinggal di rebus oleh pengelola dan kami melanjutkan kegiatan
untuk nanti kembali lagi dan menyantap kue yang kami buat dengan cinta sepenuh
hati. Selain membuat kue, kami juga belajar membuat bubuk air jahe, caranya juga sederhana. Setelah mempraktekan beberapa langkah dalam membuat bubuk air jahe, kami disuguhi air jahe yang telah jadi. Hangat dan segar.
Kue telah dibuat, kami siap untuk menari (apa hubungannya
ya?). Mungkin pembaca pernah mendengar tentang tari jaipong, tari Jaipong
adalah tarian tradisional masyarakat Sunda. kegitan kami di kampung Wisata
Cinangneng yang selanjutnya adalah
kursus kilat tari jaipong, walaupun dibisa-bisakan saja, latihan menari ini
asik juga. Kami sempat juga bergaya dengan pakaian sunda walaupun hanya di
kepala. Dengan dipimpin seorang penari Jaipong yang profesioanal, kami pun
melangkah kekanan-kekiri, kedepan kebelakang, dan memainkan bahu naik-turun
kiri-kanan. pengalaman yang cukup berkesan, baru ini saya belajar menari.
Padepokan jaipongan telah kami tinggalkan, selanjutnya kami
bergerak ke halaman guest house tempat kami berfoto-foto waktu istirahat tadi.
Kami menuju sebuah gazebo yang di mejanya tergeletak beberapa ikat daun
singkong yang hampir mengering. Heran juga melihat daun-daun tersebut, untuk
apa ya? Ternyata daun-daun tersebut adalah salah satu mainan anak-anak di
kampung-kampung sunda di Jawa Barat. Daun-daun tersebut digunakan untuk membuat
wayang, terbayangkah di benak kalian? Saya sama sekali tidak bisa membayangkan
bagaimana bentuk wayangnya. Dan ternyata, wayang daun singkong inilah agenda
kami selanjutnya. Saya hanya mengikuti petunjuka dari "mamang" yang
menjadi guide kami, dan jadilah, sebuah wayang yang "seadanya".
Cukup dengan wayang, kami beranjak ke bagian belakang guest
house. Di sebuah pendopo telah disiapkan beberapa topi caping kecil, topi
caping-toping tersebut adalah korban kami selanjutnya. Dengan tinta air
berwarna-warni kami menulis diatas
caping tersebut, tema tulisannya adalah Cinangneng Bogor2012. Dengan
kreatifitas kami yang super sekali, jadilah lukisan-lukisan horor berwarna-warni
diatas caping-caping tersebut. Caping-caping ini kelak akan menjadi salah satu
kenangan kami bahwa kami pernah datang ke kampung Wisata Cinangneng yang indah
Permai.
Dari pendopo tempat kami menganiaya caping, kami mendengar
suara-suara gamelan yang sangat menarik. ada kesan menenangkan dari musik
gamelan tersebut. Caping kami tinggalkan di bawah terik matahari, gamelan
tersebut tujuan kami. Masing-masing langsung ambil posisi, memilih alat
musiknya masing-masing (saya lupa dengan nama-nama alatnya). Dengan dibantu
notasi angka yang tidak terlalu sulit dari mamang, kami mulai memukul-mukul
alat-alat musik yang semuanya ini adalah alat musik pukul. Terdengarlah alunan
musik yang menandai selesainya rangkaian kegiatan kami dari pagi yang dimulai
dengan angklung dan diakhiri dengan musik gamelan.
Setelah menerima kenang-kenangan berupa sertifikita
kunjugan, kami berpamitan ke pada mamang-mamang untuk kembali kerumah
masing-masing. Laporan praktikum kunjungan telah menunggu untuk di kerjakan.
Terimakasih atas artikel anda yang menarik dan bermanfaat.
ReplyDeleteSaya juga mempunyai tulisan yang sejenis yang bisa anda kunjungi di
Explore Indonesia