Green Infrastrukture Kota Pontianak

Garis Khatulistiwa yang melintasi Kota Pontianak menjadikan kota ini memiliki suhu udara yang relatif tinggi.  Rata-rata harian suhu udara tertinggi di kota Pontianak mencapai 26,9°C dan kelembaban mencapai  86%-89%, angka ini menunjukkan kota Pontianak memiliki suhu harian diatas suhu nyaman manusia yaitu 10°C–26,7°C dan diatas kelembaban yang nyaman bagi manusia, yaitu 40–75 %.

Kota Pontianak berada pada daratan yang datar dekat dengan pesisir pantai, sehingga kota ini masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan terdapat beberapa kawasan rawan banjir yang secara alami terjadi karena pada awalnya daerah ini adalah kawasan rawa yang secara rutin dalam kurun waktu tertentu digenangi air. Pada zaman penjajahan Belanda dibangun kanal-kanal yang berfungsi untuk mengurangi volume genangan di Kota Pontianak.  Beberapa kanal tersebut masih bisa dilihat pada saat ini meskipun dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Sepanjang masa orde baru, pembangunan infrastruktur kota dan perekonomian masyarakat sangat masiv dilaksanakan di Kota Pontianak.  Namun seperti kebanyakan kota-kota lain di Indonesia, Kota Pontianak seperti tidak memiliki konsep yang jelas tentang rencana pengembangannya.  Pembangunan yang terlalu terfokus pada ekonomi dan infrastruktur dan melupakan faktor lingkungan dan kenyamanan manusia menghasilkan pola perkembangan kota yang acak dan tidak terstruktur.

Kondisi real  Kota Pontianak saat ini menunjukkan tidak terdapat pola perencanaan yang jelas mengenai sebaran penggunaan lahan, terutama Ruang Terbuka Hijau.  Pembangunan yang berbasis Green Infrastructure belum dapat terlihat di Kota Pontianak.  Beberapa permasalahan yang sering timbul di Kota Pontianak akibat tidak dilakukannya pembangunan yang memperhatikan ruang terbuka hijau dan Green Infrastructure diantaranya adalah banjir, peningkatan suhu udara dan kurangnya lahan bermain anak-anak.

Beberapa permasalahan di Kota Pontianak terkait Green Infrastructure dapat di sebutkan sebagai berikut:

    Parit dan kanal-kanal yang dibangun di bagian pusat Kota Pontianak yang berfungsi mencegah banjir sebagian besar telah dipersempit bahkan beralih fungsi menjadi kios dan pertokoan sehingga kehilangan kegunaannya. Selanjutnya perubahan ini akan meningkatkan volume dan intensitas banjir.
    Kebun-kebun buah masyarakat yang juga memiliki peranan sebagai daerah tangkapan air sebagian besar telah menjadi kawasan pemukiman dan pertokoan menambah kepadatan dan selanjutnya dapat meningktkan suhu udara.
    Pembangunan perumahan nasional (perumnas) yang sangat padat tanpa menyisakan halaman membuat penduduk kesulitan untuk membuat ruang hijau di rumah huniannya.
    Semakin berkurangnya ruang terbuka membuat anak-anak kehilangan tempat bermainnya di luar ruangan sehingga membuat mereka lebih memilih kegiatan yang lebih pasif. Hal ini membuat pertumbuhan perkembangan anak-anak kurang maksimal. Dan masih banyak permasalahan di Kota Pontianak yang saat ini masih belum disadari oleh masyarakat.
    Ruang terbuka hijau yang jumlahnya kecil merupakan kawasan peruntukan khusus yang tidak dapat diakses secara bebas oleh publik.
    Keberadaan koridor-koridor hijau masih sangat minim, tidak merata dan tidak menunjukkan konektifitas yang kurang baik.

Pada kenyataannya, sebenarnya Kota Pontianak memiliki sumber daya yang sangat potensial guna memecahkan masalah-masalah lingkungan yang hingga saat ini sangat jelas dampaknya bagi warga kota.  Saat ini masyarakat dan pemerintah mulai sadar akan pentingnya ruang hijau di Kota Pontianak baik berupa ruang hijau di pemukiman (pekarangan), ruang terbuka hijau, jalur hijau.

Kota Pontianak saat ini telah mulai berbenah, pemerintah melakukan penghijauan dengan melibatkan melibatkan lembaga swadaya masyarakat kota Pontianak.  Jalan-jalan yang tampak gersang mulai di tanami dengan tanaman asli daerah Kalimantan Barat, sungai dan parit-parit yang mengalir berdampingan dengan jalan hampir di seluruh bagian kota Pontianak mulai ditata sehingga dapat menjadi bagian dari koidor hijau, ruang terbuka hijau seperti kawasan Universitas Tanjungpura ditanami dengan tanaman hutan sehingga dapat menjadi cadangan plasma nutfah.

Potensi lain yang belum banyak di berdayakan adalah:

    Lahan-lahan kritis milik pemerintah yang dibiarkan menjadi lapangan rumput,
    Area-area yang terdapat dalam sekolah –sekolah yang kurang bernilai pemanfaatannya,
    Halaman-halaman perkantoran pemerintahan dan swasta,
    Tepian sungai dan parit,
    Area di sekitar gudang-dan pabrik-pabrik di tepian sungai Kapuas,
    Kawasan pemukiman tepian sungai Kapuas yang rawan erosi,

Lahan seperti diatas dapat ditingkatkan nilai gunanya dengan melakukan penanaman pohon-pohon sehingga dapat memberikan kenyamanan dan keamanan lingkungan.

Post a Comment for "Green Infrastrukture Kota Pontianak"